Halo readers, berjumpa lagi dengan saya, Abitama Satria, lewat
artikel ini. Semoga readers sehat semua yaa.
Readers, tahu 'kan serial anime Sword Art Online ? Readers yang
termasuk penikmat anime seperti saya pasti tahu lah yaa. Bagi yang belum tau
saya beri sinopsisnya : Sword Art Online adalah serial anime yang menceritakan
perjuangan bertahan hidup para pemain virtual reality massively-multiplayer
online game berjudul Sword Art Online.
Saya menyebut SAO sebagai game hyper-simulation karena pemain harus memakai perangkat Nerve Gear untuk memainkan, eh bukan, untuk masuk ke dalam game. Yang masuk ke dalam game hanya kesadaran pemain. Nah si game master tiba-tiba menutup akses log-out dari game dan mengumumkan kalau pemain mati di dalam game maka pemain juga mati di dunia nyata. Jadilah para pemain berusaha bertahan hidup di dalam game sekaligus berusaha menamatkan game tersebut agar akses log-out dibuka kembali.
Saya menyebut SAO sebagai game hyper-simulation karena pemain harus memakai perangkat Nerve Gear untuk memainkan, eh bukan, untuk masuk ke dalam game. Yang masuk ke dalam game hanya kesadaran pemain. Nah si game master tiba-tiba menutup akses log-out dari game dan mengumumkan kalau pemain mati di dalam game maka pemain juga mati di dunia nyata. Jadilah para pemain berusaha bertahan hidup di dalam game sekaligus berusaha menamatkan game tersebut agar akses log-out dibuka kembali.
Berangkat dari anime Sword Art Online inilah saya terpikir
akan masa depan dunia game. Kita sadari teknologi informasi terus berkembang, termasuk
dunia permainan video. Dulu konsol game generasi pertama, Magnavox Odyssey, yang
dimainkan adalah kotak yang muncul di layar televisi. Sekarang konsol game
sudah ada 8 generasi, salah satunya PlayStation 4, yang udah mah ekosistem
game-nya kompleks (sebut saja game No Man’s Sky dan Final Fantasy XV), bisa
dipakai browsing bahkan memainkan video 4K. Perkembangan dari ‘divisi’ game
mobile pun tak kalah hebat : yang awalnya Nintendo Game & Watch hanya bisa
memainkan satu game untuk satu konsol, sekarang malah konsolnya itu bisa
dimainkan dua orang dalam satu waktu (baca : Nintendo Switch).
Perbedaannya ketara sekali ya |
Reader
mungkin ada yang menyadari kalau perkembangan permainan video telah mencakup
perpindahan dimensi fisik ke virtual. Ya, betul, emulator konsol ! Ini memang
nyata lho, contoh softwarenya adalah ePSXe, yaitu emulator konsol PlayStation
One untuk komputer desktop dan smartphone. Iya serius, jadi kita sekarang bisa
memainkan game PlayStation di gawai Android (kalau iPhone, Windows Phone atau
BlackBerry saya kurang tahu).
Kita juga
sudah tahu perangkat virtual reality telah tersedia untuk dibeli; perangkat yang
menawarkan pengalaman nyata yang maya sudah ada. Jadi, mungkinkah di masa depan
nanti kita masuk ke dalam dunia game yang kita mainkan ?
Ya, saya yakin di masa depan – mungkin 2-3 dekade ke depan –
pengalaman bermain game senyata itu akan ada. Jika kembali ke perangkat virtual
reality, kita akan menemukan Oculust Touch dan beragam alat lain yang sama-sama
berfungsi sebagai perpanjangan tangan kita di dunia nyata ke dunia virtual. Saya
juga pernah menonton video di Instagram mengenai alat reality-enhancer (begitu saya menyebutnya), yang belakangan ini saya ketahui namanya Virtuix
Omni. Jadi saya menyimpulkan jalan menuju game hyper-simulation telah ada.
Oculus Touch |
Menurut saya, game hyper-simulation akan bisa dimainkan menggunakan
head-mounted console seperti Nerve Gear. Head-mounted console, seperti namanya,
adalah konsol game yang dipakai di kepala pemain. Sebagai permulaan, saya rasa
HMC yang akan hadir mula-mula adalah yang seperti Nerve Gear, berbentuk menyerupai
helm pilot pesawat tempur. Di serial SAO sendiri komponen-komponen Nerve Gear yaitu
: kerangka berupa helm, head-up display, prosesor, pemancar sinyal, baterai,
tempat penyimpanan internal dan kabel (untuk daya dan kabel LAN). Nerve Gear – atau bagaimana namanya nanti di masa depan – berfungsi sebagai konsol, bukan
sekedar perangkat tambahan.
Ini purwarupa Nerve Gear buatan IBM Jepang |
Cara kerja head-mounted console itu nantinya mungkin akan
sama dengan Nerve Gear, yaitu mengirimkan suatu sinyal yang akan mengelabui
sensor-sensor penginderaan manusia, sehingga orang yang memakainya merasa
benar-benar sedang melihat, menyentuh, membau,mendegar, mengecap bahkan bergerak,
merasakan sakit pada tubuh dan merasa gerah atau kedinginan di lingkungan
virtual game. Di dunia nyata sekarang,
teknologi semacam itu sudah ada, namanya brain-computer interface (BCI), atau
dikenal juga dengan sebutan mind-machine interface, direct neural interface dan
brain-machine interface. Wah banyak ya sebutannya...
Terus kenapa ada head-up dislay ? Di serial SAO head-up
display berfungsi untuk menampilkan indikator status Nerve Gear semisal baterai
dan koneksi ke jaringan. Namun saya rasa saat sudah ada HMC nanti, head-up
display tidak akan disertakan pada perangkat. Lampu indikator pada kerangka
helm sudah memadai kalau hanya untuk menampilkan indikator status head-mounted
console-nya. Lampu indikatornya kayak indikator banyak daya yang ada di power
bank itu lho, terus juga indikator on/off, storage dan wifi yang ada di laptop.
Lebih jauh ke masa depan, saya yakin akan ada penyusutan
volume fisik pada head-mounted console. HMC akan menyusut jadi seukuran helm
untuk bersepeda, lalu jadi seukuran perangkat VR yang ada sejak akhir 2015,
lalu jadi seukuran kacamata, lalu menyusut sedemikian hingga bukan lagi konsol
yang dipakai di kepala. Konsol hyper-simulation itu boleh jadi akan hanya
seukuran hands-free bluetooth yang kita kenal sekarang. Nah saya dapat ide konsol hyper-simulation yang seukuran
hands-free bluetooth tersebut dari anime lain berjudul Accel World. Kalau
begini, hyper-reality seperti yang dibahas teman saya Vinsensius dalam blognya
pasti terwujud.
Oiya, jangan lupakan teknologi nirkabel. Game online
sekarang sudah barang tentu membutuhkan koneksi internet yang stabil, tapi
untuk menghindari hal yang tidak diinginkan semisal ketidaktersediaannya
sambungan LAN di beberapa tempat atau keaadan mendesak yang hanya memungkinkan
penggunaan jaringan wifi, kenapa tidak? Lebih baik mencegah daripada mengobati
kan?
Di serial Accel World nama perangkatnya adalah Neuro Linker. Ngomong-ngomong Accel World adalah 'kelanjutan' dari dari Sword Art Online lho |
Jika teknologi game hyper-simulation sudah ada, saya yakin akan
menjadi tren di masa depan. Nilai jual dari game hyper-simulation adalah
sensasinya. Para penikmat permainan video pasti akan antusias sekali terhadap
teknologi yang dapat ‘menyatukan’ dirinya dengan game. Ketika animonya sudah
tinggi sekali sampai-sampai game hyper-simulation sudah diangggap lumrah, menurut
saya genre game ini beserta HMC berarti telah menjadi generasi baru dalam lini
masa sejarah permainan video.
Anggap saja ini antrian orang yang mau beli HMC |
Lalu bagaimana dengan keamanan pengguna ? Readers tidak
perlu khawatir. Perkembangan dalam dunia teknologi (informasi khususnya,
mengingat tema artikel) punya efek domino, punya sifat memicu. Jadi fitur keamanan
bagi pengguna pasti akan tersedia juga. Misalnya pengguna HMC bisa keluar
darurat dari game dengan menekan sebuah tombol pada HMC dan pengaksesan tombol
tersebut bisa dilakukan sendiri oleh pengguna (tidak seperti Nerve Gear yang
melumpuhkan tubuh nyata pemain). Risiko akan selalu ada, tapi solusi dan
pendekatan lain terhadap suatu masalah pasti selalu menyertai meski butuh waktu
dan usaha.
Bicara tentang perkembangan dunia TI dan permainan video, saya
membayangkan jauh di masa depan nanti, manusia akan benar-benar bisa masuk ke
dalam permainan video yang dimainkannya. Maksud saya masuk adalah layaknya
gula larut dalam teh. Setelah manusia bisa masuk ke dalam permainan
video, pasti akan ada saja teknologi yang muncul terinspirasi dari situ.
Mungkin akan dibangun pemukiman virtual yang bisa menampung banyak sekali
penduduk. Bisa juga gerbang teleportasi dari titik satu ke titik lain di alam
semesta akan terealisasi. Akses internet super cepat dan stabil pun mungkin
bisa tersedia layaknya pohon – ada di mana-mana dan gratis. Pemindahan
kesadaran manusia ke mesin juga dapat saja terwujud.
Readers, saya harap kita akan selalu bijak dalam memanajemen
ide. Ide yang menelurkan inovasi memang baik. Lagipula seperti yang pernah saya
singgung di artikel mengenai tren inovasi SI dan TI, teknologi berkembang
karena manusia yang ingin. Akan tetapi kita tidak boleh sembrono apalagi
memaksakan kehendak kita agar ide itu punya wujud nyatanya. Kapan pun waktunya
di masa depan nanti, saya harap kita bisa menerima perubahan zaman tersebut,
atau malah kita yang membawakan perubahan tersebut ^_^
Referensi :
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Brain–computer_interface
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Magnavox_Odyssey
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Methods_of_virtual_reality
http://swordartonline.wikia.com/wiki/NerveGear
http://swordartonline.wikia.com/wiki/NerveGear
Tidak ada komentar:
Posting Komentar