1.
Perbedaan Prasangka dan
Diskriminasi
Prasangaka ialah buah pikiran dari
pikiran negatif pada sesuatu, biasanya pada seseorang. Prasangka biasanya tidak
timbul pada orang berinteleksia tinggi sebab pemikirannya yang kritis. Namun
pemikiran yang terlalu kritis malah akan menimbulkan prasangka. Contohnya
adalah penempatan rudal-rudal jarak pendek oleh Amerika Serikat di daratan
Eropa karena prasangka negera tersebut terhadap Uni Soviet. Jadi prasangka juga
timbul dalam persaingan dalam mencapai suatu status sosial, dalam persaingan
mencapai akumulasi materiil tertentu, juga pada kondisi sosial yang
norma-normanya dan tata hukumnya goyah.
Orang yang bersangka rasial biasanya akan melakuka diskriminasi. Jadi
diskiminasi adalah bentuk sikap, yakni sikap membeda-bedakan dan merasa yang
paling unggul. Pun begitu, sikap diskriminatif bisa saja timbul tanpa ada
prasangka (begitu pula sebailknya). Contoh diskriminasi di Indonesia adalah
pada orang beretnis Tionghoa.
Prasangka sungguh tidak adil, apalagi jika itu tersebar dan menjadi
kebenaran yang dipegang banyak orang. Lebih buruk lagi jika menjadi tindakan
diskriminasi sebab akan menimbulkan kerugian yang tidak kecil. Contoh lainnya
adalah diskriminasi terhadap ras dan suku di Afrika Selatan yang sempat
menimbulkan apartheid sehingga rakyat pribumi menderita.
A.
Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka dan
Diskriminasi
Seperti apartheid yang sempat terjadi di Afrika Selatan, di negara
seperti Amerika Serikat masih terjadi diskriminasi terhadap orang negro karena
menurut sejarah orang negro adalah budak dan orang kulit putih adalah tuannya.
Artinya prasangka dan diskriminasi timbul dari sejarah.
Adanya jurang pemisah antara orang kaya dengan orang miskin, pejabat kaya
dengan rakyat jelata juga bisa menimbulkan prasangka dan diskriminasi karena
berkembangnya sosio-kultural dan situasional.
Prasangka dan diskriminasi bisa timbul pula dari kepribadian seseorang.
Misalnya tipe authorian personality
adalah ciri kepribadian orang yang penuh prasangka dengan ciri-ciri bersifat
konservatif dan tertutup.
Perbedaan agama, keyakinan, dan kepercayaan dapat pula menimbulkan
prasangka dan diskriminasi. Biasanya ini timbul dari rasa paling unggul atas
umat agama, kepercayaan, maupun keyakinan lain.
B.
Usaha untuk
Mengurangi/Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi
Selayaknya tiga kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi terlebih
dahulu sebelum memnuhi bahkan memikirkan kebutuhan tersier, pemerataan ekonomi
di semua tempat akan mengurangi bahkan menhilangkan prasangka dan diskriminasi,
khususnya oleh kaum miskin terhadap kaum kaya. Adalah tugas pemerintah dalam
hal ini. Selain pemerataan ekonomi, perluasan kesempatan belajar juga akan
dapat menepis pandangan negatif mengenai eksklusifnya pendidikan tingkat
tinggi. Lagipula dengan banyaknya pembelajaran yang diperoleh maka prasangka
dan diskriminasi memang dapat dihilangkan. Namun yang paling penting dari itu
semua adalah memiliki rasa terbuka dan lapang dada. Kebhinekaan dalam
masyarakat, ditambah banyaknya tantangan yang hanya orang-orang tertentu yang
bisa mengatasinya seharusnya menimbulkan rasa saling menghargai, percaya,dan
menghormati. Suatu kritik baiknya diterima sebagai saran yang membangun walau
sebaiknya kritik harus dikurangi.
2.
Etnosentrime
Prasangka dan diskriminasi erat hubungannya dengan etnosentrisme, yaitu
kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan sendiri
sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan digunakan sebagai tolak ukur
untuk menilai dan membedakan dengan kebudayaan lain. Dalam hal yang sangat
ekstrem etnosentrisme malah menjadi ideologi suatu kelompok orang, contohnya
Nazi yang merasa bahwa ras Aria (ras asli bangsa Jerman) adalah ras yang terunggul dari semua ras di dunia.
Akibatnya Nazi membantai orang-orang Yahudi bahkan berniat menguasai dunia
melalui peperangan demi terciptanya ras Aria yang berkuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar